Mataram dan Kompeni Berebut Sunda – Kerajaan Mataram Islam melakukan ekspansi. VOC memiliki kepentingan ekonomi. Wilayah Sunda menjadi rebutan. Ambisi politik Mataram berbenturan. Monopoli dagang VOC terancam. Konflik Mataram dan VOC mewarnai sejarah. Perebutan kekuasaan memuncak. Pertempuran sengit terjadi. Diplomasi gagal mencapai kesepakatan. Pengaruh Mataram melemah. Dominasi VOC menguat. Sejarah mencatat persaingan ini.

Perebutan Sunda: Pertarungan Sengit Mataram dan Kompeni: Mataram Dan Kompeni Berebut Sunda
Perebutan wilayah Sunda antara Kerajaan Mataram Islam dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), atau yang lebih dikenal dengan Kompeni, merupakan salah satu babak penting dalam sejarah Indonesia. Konflik ini bukan hanya sekadar perebutan wilayah, tetapi juga pertarungan kepentingan ekonomi, politik, dan kekuasaan yang kompleks. Mari kita telusuri lebih dalam akar permasalahan dan dinamika yang terjadi.
Latar Belakang Konflik
Untuk memahami konflik ini, kita perlu melihat latar belakang masing-masing pihak:
- Kerajaan Mataram Islam: Kerajaan ini sedang berada di puncak kejayaannya pada abad ke-17, di bawah pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Sultan Agung memiliki ambisi besar untuk menyatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaannya, termasuk wilayah Sunda yang saat itu terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil seperti Banten dan Cirebon. Mataram melihat Sunda sebagai wilayah strategis untuk memperluas pengaruh dan kekuasaannya.
- Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC): VOC adalah perusahaan dagang Belanda yang memiliki hak monopoli perdagangan di wilayah Asia, termasuk Nusantara. VOC memiliki kepentingan ekonomi yang sangat besar di Sunda, terutama dalam perdagangan rempah-rempah dan komoditas lainnya. VOC ingin mengamankan jalur perdagangan dan memperluas pengaruhnya di wilayah ini.
Mengapa Sunda Menjadi Rebutan?
Sunda memiliki daya tarik tersendiri bagi Mataram dan VOC:
- Posisi Strategis: Sunda terletak di antara Jawa dan Sumatera, menjadikannya jalur perdagangan yang penting. Penguasaan atas Sunda akan memberikan keuntungan besar dalam mengontrol arus barang dan perdagangan.
- Kekayaan Alam: Sunda kaya akan sumber daya alam, seperti rempah-rempah, kayu, dan hasil bumi lainnya. Sumber daya ini sangat dibutuhkan oleh VOC untuk perdagangan dan keuntungan.
- Potensi Pajak: Penguasaan atas Sunda berarti penguasaan atas potensi pajak dan upeti dari penduduk setempat, yang dapat meningkatkan pendapatan Mataram maupun VOC.
Perkembangan Konflik
Konflik antara Mataram dan VOC di Sunda berkembang secara bertahap:
- Ekspansi Mataram ke Sunda: Sultan Agung mulai mengirimkan ekspedisi militer ke wilayah Sunda untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil di sana. Cirebon menjadi target utama, karena posisinya yang strategis dan hubungannya dengan Mataram.
- Intervensi VOC: VOC melihat ekspansi Mataram sebagai ancaman terhadap kepentingan mereka. VOC mulai menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Sunda yang tidak ingin tunduk kepada Mataram, seperti Banten. VOC memberikan bantuan militer dan logistik kepada kerajaan-kerajaan tersebut untuk melawan Mataram.
- Pengepungan Batavia: Puncak konflik terjadi ketika Sultan Agung memerintahkan serangan besar-besaran ke Batavia (sekarang Jakarta), pusat kekuasaan VOC di Jawa. Pengepungan Batavia dilakukan dua kali, yaitu pada tahun 1628 dan 1629. Namun, kedua serangan tersebut gagal karena pertahanan VOC yang kuat dan kekurangan logistik dari pihak Mataram.
Kegagalan Mataram dan Kemenangan VOC, Mataram dan Kompeni Berebut Sunda
Mengapa Mataram gagal menguasai Sunda dan VOC berhasil mempertahankan posisinya?
| Faktor | Mataram | VOC |
|---|---|---|
| Logistik | Kekurangan logistik dan perbekalan selama pengepungan Batavia. Jarak yang jauh dari pusat kekuasaan Mataram menyulitkan pengiriman bantuan. | Memiliki sistem logistik yang baik dan dukungan dari Belanda. Mampu mendatangkan perbekalan dan bala bantuan dari luar Jawa. |
| Teknologi Militer | Kalah dalam teknologi persenjataan. VOC memiliki meriam dan senjata api yang lebih canggih. | Memiliki persenjataan yang lebih modern dan unggul. Mampu menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan posisinya. |
| Diplomasi | Kurang efektif dalam menjalin aliansi dengan kerajaan-kerajaan Sunda. | Berhasil menjalin hubungan baik dengan beberapa kerajaan Sunda yang tidak ingin tunduk kepada Mataram. |
| Kepemimpinan | Kepemimpinan Sultan Agung yang kuat, tetapi kurang efektif dalam strategi pengepungan Batavia. | Memiliki pemimpin yang cakap dan berpengalaman dalam urusan militer dan diplomasi. |
Dampak Konflik
Konflik antara Mataram dan VOC di Sunda memiliki dampak yang signifikan:
- Melemahnya Kekuatan Mataram: Kegagalan dalam pengepungan Batavia melemahkan kekuatan dan pengaruh Mataram di wilayah Sunda.
- Menguatnya Dominasi VOC: VOC semakin memperkuat dominasinya di wilayah Sunda dan Jawa secara keseluruhan.
- Perpecahan di Sunda: Konflik ini memperdalam perpecahan antara kerajaan-kerajaan Sunda, yang dimanfaatkan oleh VOC untuk memperluas pengaruhnya.
- Perubahan Sosial dan Ekonomi: Dominasi VOC membawa perubahan besar dalam struktur sosial dan ekonomi di Sunda, dengan diperkenalkannya sistem monopoli dan eksploitasi sumber daya alam.
Sebagai penutup, persaingan antara Mataram dan Kompeni dalam memperebutkan Sunda adalah kisah yang penuh intrik dan strategi. Kegagalan Mataram membuka jalan bagi dominasi VOC yang semakin kuat di Nusantara. Terima kasih sudah menyimak artikel ini! Jangan lupa mampir lagi ya, siapa tahu ada cerita sejarah menarik lainnya yang bisa kita ulas bersama.










